LANSKAP MENOREH, SURGA BURUNG DI BATAS PROVINSI
Pemantauan Layanan Alam di Lanskap Menoreh
Penulis: Ikmal Maulanal Huda (PPBJ), Nicosius
Liontino Alieser (PPBJ), Pantiati (Yayasan Kanopi Indonesia)
Masih dalam tema “Amati Burung
Sekitar Kita” atau Bird Around Us (BaRU)
pada tanggal 1 Juli 2022 hingga 2 Juli 2023 Paguyuban Pengamat Burung Jogja
(PPBJ) mengikuti kegiatan pengamatan
burung (bird
watching) di 4 Desa yaitu, Jatimulyo, Tlogoguwo, Donorejo dan
Purwosari . Kegiatan “Pemantauan Layanan Alam di Lanskap Menoreh” ini diselenggarakan oleh
Yayasan Kanopi Indonesia dan Kelompok
Tani Hutan (KTH Wanapaksi) yang bekerjasama dengan pemerintah Jatimulyo dan
Burung Indonesia. Lokasi keempat desa tersebut berada di kawasan Cagar Biosfer
Menoreh. Kegiatan ini diikuti oleh 40 pengamat burung yang ada di Yogyakarta
dan Purworejo.
UNESCO telah menetapkan Cagar Biosfer Merapi-Merbabu-Menoreh pada
tahun 2019, penetapan itu merupakan konsep pengelolaan sumber daya alam yang
mengedepankan keselarasan antara kepentingan konservasi dan kepentingan
ekonomi. Khususnya dalam kepentingan konservasi, kawasan cagar biosfer baru ini
memang difungsikan untuk keperluan penelitian dan pendidikan, sehingga
kelestarian flora-fauna yang ada didalamnya perlu dijaga.
Burung menjadi salah satu fauna yang memang begitu melekat di
kehidupan masyarakat Indonesia dan mempunyai nilai tersendiri terkait dengan
fungsi ekologis, estetika dan ekonomi. Berbicara tentang nilai ekonomi burung,
hampir seluruh jenis burung laku di pasaran dan hal ini yang menengarai
perburuan burung di alam liar semakin masif dilakukan. Merespon permasalahan
tersebut, Yayasan Kanopi Indonesia dengan dukungan penuh Burung Indonesia
mendampingi tiga desa (Tlogoguwo, Donorejo, Purwosari) untuk merumuskan Perdes
tentang lingkungan hidup dengan melibatkan Desa Jatimulyo sebagai percontohan.
Menuju terwujudnya cita-cita tersebut, kegiatan “Pemantauan Layanan
Alam di Lanskap Menoreh” ini terbentuk. Cukup berbeda dengan pengamatan
sebelumnya, pengamatan burung kali ini dibersamai juga oleh pemuda-pemudi
masing-masing desa. Tujuan pokok pengamatannya adalah untuk mengenalkan
platform Amatisekitar.info bagi warga lokal agar mereka mampu melakukan
pengamatan secara mandiri dan menginput datanya kedalam sebuah kantung data 4
desa yang harapannya bisa digunakan untuk kepentingan konservasi burung di
kawasan Cagar Biosfer Menoreh.
Sebelum melakukan pengamatan di lapangan, pada hari Jum’at 1 Juli
2022 pukul 15.00 peserta pengamatan melakukan simulasi pencatatan data jenis
burung melalui platform www.amatisekitar.info. Simulasi pencatatan difasilitasi
oleh Pantiati dari pengenalan platform hingga praktik langsung cara mencatat
jenis burung yang ditemui di lapangan. Pengamatan burung di empat desa
(Jatimulyo, Tlogoguwo, Donorejo dan Purwosari) dilaksanakan keesokan harinya.
Peserta pengamatan dibagi menjadi 4 tim, yang artinya setiap desa diterjunkan 1
tim untuk melakukan pengamatan.
Foto : Peserta ”Pemantauan Layanan Alam di Lanskap Menoreh“
Pengamatan burung di 4 desa (Jatimulyo, Tlogoguwo, Donorejo dan
Purwosari) dilaksanakan keesokan harinya. Peserta pengamatan dibagi menjadi 4
tim, yang artinya setiap desa diterjunkan 1 tim untuk melakukan pengamatan.
Secara keseluruhan, telah tercatat 52 jenis burung pada kegiatan pemantauan
layanan alam di 4 desa. Tiga jenis burung endemis yang tercatat oleh para
peserta pemantauan layanan alam pada tanggal 2 Juli 2022 adalah Mixornis flavicollis (Ciung-air jawa), Pellorneum capistratum (Pelanduk
topi-hitam), dan Aethopyga mystacalis
(Burung-madu jawa). Selain itu juga tercatat 2 jenis burung yang rentan
terhadap kepunahan (vurnerable)
meliputi Cucak delima (Rubigula dispar)
dan Kacamata pleci (Zosterops melanurus).
Foto : Cucak delima (Rubigula dispar)
Pengamatan di desa Donorejo tercatat 22 jenis dan jenis burung yang
mendominasi desa ini adalah Cucak kutilang. Jenis burung menarik yang dijumpai
Tim Donorejo adalah burung Delimukan zamrud (Chalcophaps indica) atau “manuk doro lumut”, begitu masyarakat Donorejo
biasa menyebutnya. Tidak kalah dari tim sebelumnya, Tim Purwosari mencatat
adanya 29 jenis burung dengan burung Sepah kecil (Pericrocotus cinnamomeus) adalah catatan terbanyak.
Selanjutnya Tim dari Desa Tlogoguwo menemukan 28 jenis burung dengan beberapa jenis burung yang mendominasi seperti: Tepekong jambul (Hemiprocne longipennis), Kancilan bakau (Pachycephala cinerea) dan Cinenen pisang (Orthotomus sutorius). Tim terakhir dari Desa Jatimulyo mencatat 22 jenis burung dan yang paling banyak dijumpai adalah burung dari keluarga Nectariniidae (Penghisap nektar) meliputi Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), Pijantung gunung (Arachnothera affinis), Pijantung kecil (Arachnothera longirostra), Burung-madu belukar (Chalcoparia singalensis) dan Burung-madu sriganti (Cinnyris jugularis). Selain keragaman burung, peserta juga mencatat ancaman terhadap keragaman hayati di semua lokasi yaitu penangkapan burung.
Tim terakhir dari Desa Jatimulyo mencatat 22 jenis burung dan yang
paling banyak dijumpai adalah burung dari keluarga Nectariniidae (Penghisap nektar) meliputi Burung-madu kelapa (Anthreptes malacensis), Pijantung gunung
(Arachnothera affinis), Pijantung
kecil (Arachnothera longirostra),
Burung-madu belukar (Chalcoparia
singalensis) dan Burung-madu sriganti (Cinnyris
jugularis). Selain keragaman burung, peserta juga mencatat ancaman terhadap
keragaman hayati di semua lokasi yaitu penangkapan burung.
Foto : Pijantung gunung ( Arachnothera affinis)
Dari keempat desa masih dijumpai beberapa jenis yang dapat
dikatagorikan langka akibat perburuan yang masih masif seperti Kacamata
biasa. Dibeberapa lokasi burung ini
cukup sulit dijumpa karena memang permintaan pasar yang tinggi namun sekarang
masih dijumpai dan dicatat oleh masyarakat sekitar di Lanskap menoreh. Dari hal
ini dapat disimpulkan bahwa masyarakat berperan penting dalam pencatatan
biodiversitas di lingkungan sekitar.
Konservasi tidak lepas dari dukungan seluruh pihak. Tidak hanya dari
pihak yang berwenang namun juga dari pihak akademisi bahkan masyarakat umum.
Pelibatan masyarakat dalam pencatatan layanan alam dapat menumbuhkan kesadaran
masyarakat mengenai arti penting konservasi. Selain dapat menumbuhkan kesadaran
arti penting konservasi, data pemantauan layanan alam dapat digunakan sebagai dasar
penentuan kebijakan pengelolaan kawasan secara umum.
Foto : Kegiatan Pengamatan
Artikel ini juga dimuat pada : https://www.g-news.id/lanskap-menoreh-surga-burung-di-batas-provinsi/
Contact Person:
Sujarwo (Ketua KTH
Wanapaksi): 082138078408
Arif Rudianto
(Direktur Yayasan Kanopi Indonesia):
085713207770
Pantiati (Program
Manager Yayasan Kanopi Indonesia): 082242345825
Nicosius (
Koordinator Paguyuban Pengamat Burung Jogjakarta) : 085222216064
Komentar
Posting Komentar