Sepah (Seputar Sejarah)


Dalam beberapa kesempatan membongkar buku harian, terutama saat mencari-cari satu dua catatan pengamatan yang terselip di sana, saya menemukan tulisan mengenai tercetusnya PPBJ. Dari situ saya dibawa ke masa-masa awal mula keberadaan wadah pengamat burung se-Jogja ini. Dan semenjak tulisan itu, beberapa kali terekam sepak terjang PPBJ (terutama di kegiatan-kegiatan yang saya ikuti) di buku tersebut.

Meski katanya buku harian itu sangat personal dan rahasia, rasanya tidak ada salahnya saya berbagi kenangan. Tapi, karena berasal dari pandangan yang subyektif, bisa jadi yang terungkap di sini tidak pas, kurang akurat atau bahkan salah. Untuk itu, sumbangan informasi dari teman-teman lain untuk melengkapi jejak sejarah PPBJ ini sangat dibutuhkan. Demikian juga bila ada yang menyimpan foto-foto lama, silahkan ditampilkan. Biar terlihat perubahan morfologi manusia-manusia PPBJ. Hehehe...

Berikut catatan yang ada yang saya kemas berdasar tahun.

2005
Tercetus pada saat rapat di kantor Yayasan Kutilang Indonesia (YKI), Jongkang, Sleman pada Jum’at, 15 Maret 2005. Waktu itu YKI berinisiatif untuk mengumpulkan para pengamat burung Jogja guna mempersiapkan kegiatan bertajuk Jogja Bird Rescue 2 (JBR 2), misi penyelamatan sekaligus pengamatan perilaku bersarang elang hitam di TN Gunung Merapi. Peserta rapat yang hadir terdiri adalah beberapa anggota klub-klub pengamat burung di Yogyakarta, seperti Bionic, KSSL, KSB Atmajaya, BinoBio, dll. Banyaknya nama klub-klub itu membuat peserta rapat merasa perlu untuk membuat satu nama yang dapat memayungi kepanitiaan JBR 2. Pemikiran itu sebenarnya lebih kepada pertimbangan kepraktisan saja, yakni agar tidak membingungkan kalau mesti memasukkan semua nama organisasi pada proposal. Nama Paguyuban Pengamat Burung Jogja (PPBJ) kemudian disepakati.

Dari rapat yang menghasilkan nama PPBJ itu, kemudian sepanjang April-Mei 2005 dilakukan rapat-rapat persiapan dan pelaksanaan JBR 2. Rapat sering kali diadakan di YKI, namun beberapa kali juga dilaksanakan di sekretariat KSSL lama (Sekip).

Pada 31 Mei 2005 PPBJ berkumpul di YKI untuk mempersiapkan diri mengikuti WALHI Ekspo di Alun-alun Selatan. Ekspo yang diadakan dalam rangka peringatan Hari Lingkungan Hidup se-dunia itu berlangsung selama 3 hari, semenjak 3-5 Juni 2005. PPBJ mengikuti ekspo tersebut dengan mengisi satu stand yang menampilkan poster, foto-foto kegiatan, dan sebagainya milik beberapa organisasi. Setidaknya, seingat saya, Matalabiogama, KSSL, Bionic dan BinoBio.

Pada 27 Juli 2005 PPBJ melaksanakan syukuran JBR 2 (saya tidak mencatat lokasinya). Setelah itu nama PPBJ tenggelam dalam keaktifan masing-masing organisasi yang dipayunginya. Namun, pencetusan nama PPBJ tersebut secara langsung maupun tidak langsung telah menumbuhkan sebuah ikatan kuat (terutama secara emosional) di antara banyak anggota organisasi/klub pengamat burung yang ada di Yogyakarta.

2006
Setelah vakum lebih dari hampir satu tahun semenjak syukuran JBR 2, pada April 2006 berlangsung JBR 3. Kegiatan dilakukan tanpa membentuk kepanitiaan sebagaimana JBR 2 sehingga nama PPBJ tidak terdengar. Meski begitu, tetap orang-orang yang terlibat adalah para anggota PPBJ. Pada JBR 3 ini anakan elang hitam berhasil dipasangi wing marker berwarna orange di pangkal sayap kanan. Kegiatan ini diliput Kompas.

Namun, beberapa saat setelah JBR 3 terjadi gempa Jogja dan erupsi G. Merapi. Peristiwa besar ini berdampak luas sehingga praktis tidak ada kegiatan pemantauan intensif pasca pemasangan wing marker atau bahkan kegiatan lain terkait perburungan selama beberapa bulan berikutnya.

Baru pada 14 Oktober 2006 PPBJ mengadakan buka bersama di KSSL lama. Kumpul-kumpul itu menghasilkan satu kesepakatan yang berdampak positif pada PPBJ. Pada saat itu disepakati adanya perwakilan dari beberapa organisasi yang ada untuk bisa mengkoordinir PPBJ. Dari pertemuan itu terpilih 5 orang (semacam dewan presidium kalo istilahnya anak kampus). Mereka adalah Jarot (Bionic), Kasput (Matala), Riko (KSB Atmajaya), Rais dari (KSSL) dan Tulus (KP3Burung). Kegiatan pertama pasca itu dilaksanakan pada 10-12 November 2006 berupa Kampanye Burung Migran di perempatan Kantor Pos Besar, yakni dengan membagi-bagikan selebaran kepada pengendara motor yang berisi informasi mengenai keberadaan layang-layang api/asia Hirundo rustica di seputaran kawasan tersebut dan mengajak secara simpatik orang-orang yang ada di sekitar lokasi untuk menyaksikan kehadirannya saat senja. Pada November 2006 Biolaska UIN bergabung, yang langsung didaulat untuk mengorganisir Jogja Bird Walk. JBW tersebut dilaksanakan pada 26 Nov 2006 di Deles, Klaten, lereng tenggara G. Merapi.

2007
Pada 28-29 April 2007 PPBJ mengadakan diskusi bertajuk “Angkringan 100 Tahun Elang Jawa”. Awal tercetusnya kegiatan itu adalah fakta menarik menyangkut keberadaan elang jawa yang terdapat dalam buku “Panduan Identifikasi Elang Jawa Spizaetus bartelsi” karya Resit Sözer, Vincent Nijman dan Iwan Setiawan. Buku tersebut memang kerap dibuka karena saat itu karena sepanjang Januari-April, para pengamat burung Jogja tengah intens mengamati elang jawa di Ganduman, lereng selatan TN Gunung Merapi.

Dalam keterangan di buku berukuran saku itu terdapat informasi bahwa tanggal 30 April 1907 Max E.G. Bartels, naturalis Belanda yang tinggal di Jawa Barat, memperoleh seekor elang berjambul dari warga sekitar yang menangkapnya menggunakan umpan ayam di perkebunan G. Melati, Jawa Barat. Elang itu kemudian menjadi awetan dan dikirim ke Jerman untuk diidentifikasi. Pada 1924, E. Stresseman menamakannya sebagai Spizaetus nanus bartelsi. Baru pada 1963, setelah 39 tahun kemudian, Amadon mengajukannya sebagai jenis tersendiri dan diberi nama Spizaetus bartelsi.

Momentum 30 April 1907 itulah yang kemudian dipakai untuk membuat acara “Angkringan 100 tahun Elang Jawa”. Dalam kegiatan yang dilaksanakan di Fakultas Biologi UGM itu elang jawa dikupas dari berbagai sisi. Karyadi Baskoro (Semarang Bird Community—saat itu bernama Kopasus atau Komunitas Pengamat Burung Suka-suka) mengupas tentang sepak terjang dan kehidupan Hans Bartels, bungsu Max E.G. Bartels yang banyak menyumbangkan pengetahuan mengenai burung-burung Jawa. Usep Suparman (Raptor Conservation Society) bertutur tentang upaya konservasi elang jawa di TN G. Gede Pangrango, Jawa Barat. Ign. Wisnu Prastowo (Komunitas Suka Liat Burung, Purwokerto) berbagi cerita tentang elang jawa di Kalipagu, lereng selatan G. Slamet, Jawa Tengah. Saya sendiri didaulat oleh Mas Wa untuk mewakili cerita tentang survey keberadaan elang jawa yang kami dan pengamat burung Jogja lakukan di Ganduman, TN Gunung Merapi sepanjang Januari hingga April tahun itu. Kegiatan ini diliput oleh Kompas dan beritanya dimuat di Kompas Jogja edisi 30 April 2007.

Setelah kegiatan itu, pada 3 Oktober 2007 PPBJ mengagendakan buka bersama di Kinahredjo. Lereng selatan TN G. Merapi,  bertempat di rumah alm. Mas Iwah. Keguyuban tampak dari hadirnya sekitar 60 orang dalam acara buka bersama tersebut.

2008
Lebih dari setengah tahun setelah agenda buka bersama di Kinahredjo, pada 14 Juni 2008, KSB Atmajaya menyelenggarakan diskusi “Pecinta Burung dan Konservasi” yang bertempat di kampus UAJY. Di acara ini saya diminta oleh panitia untuk bercerita tentang pengamatan burung di Jogja, yang kemudian saya isi mengenai sepak terjang PPBJ sepanjang 2005-2007. Dari acara ini kemudian muncul keinginan untuk kembali berkegiatan dalam payung PPBJ, mengingat 5 koordinator yang ada sudah jarang berembug dan berkumpul. Sukma, wakil dari KSB, kemudian didaulat sebagai koordinator baru PPBJ.

Di saat yang hampir bersamaan, pada Juni 2008, tercetus Kutilang Indonesia Birdwatching Club (KIBC). Organisasi yang dinaungi langsung oleh YKI ini mendapat spirit dari nama yang menjadi cikal bakal YKI, yakni Kutilang IBC. KIBC baru mengusung nafas segar dalam dunia perburungan Jogja karena hadir sebagai wadah penyaluran aspek hobi pengamatan burung. KIBC membuat launching lewat acara pameran dan diskusi selama 5 hari, sejak 16-20 September 2008 di Taman Kuliner.

Kehadiran KIBC seperti jawaban untuk saya yang baru bertransisi dari kehidupan dunia kampus. Saya berpikir inilah wadah selanjutnya karena Bionic, klub asal saya, tidak mungkin menjadi wadah selamanya mengingat statusnya yang merupakan organisasi intra kampus. Tidak hanya saya, KIBC pun menarik banyak pengamat burung lain yang berpikiran sama. Konsentrasi banyak pengamat burung Jogja di KIBC ini membuat nama PPBJ 'tenggelam'. Praktis hampir sepanjang 2008-2009 tidak ada kegiatan yang dilakukan dengan mengusung bendera PPBJ. Selain perhatian banyak pengamat burung yang tersedot ke KIBC, vakum-nya PPBJ memang “konsekuensi” dari sifat cair, guyub dan tidak terikat yang diusungnya semenjak awal.

Para anggota PPBJ di awal dulu memang bersepakat untuk meniadaan unsur formal, seperti kepengurusan, program kerja, dan sebagainya selayaknya organisasi pada umumnya. Hal itu jelas terlihat dalam kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan yang lebih banyak berasal dari cetusan ide spontan atau inisiatif tanpa pernah teragendakan jauh-jauh hari. Semua itu semenjak awal sudah disadari sebagai kelemahan sekaligus kekuatan yang luar biasa besar.

2009
Setelah terhitung selama hampir 1,5 tahun vakum, PPBJ menemukan momentum kebangkitannya karena KIBC harus ditinggal oleh Mas Wa, sang ketua, yang memutuskan pindah ke tanah Borneo sehingga membuat organisasi ini hilang kepemimpinan. Harus diakui hal itu membuat saya beserta beberapa anggota KIBC lain menjadi harus kehilangan sosok Mas Wa sekaligus juga ruang yang bisa mewadahi penyaluran hobi pengamatan burung kami. Mimpi-mimpi yang terbangun pun lalu buyar.

Namun inilah yang kemudian membuat perhatian kembali berpusat pada PPBJ. Pada 8 Oktober 2009 tercetus lagi kegiatan atas nama PPBJ, yakni syawalan yang bertempat di Bionic’s Base Camp (BBC), Condong Catur. Tidak lama setelah itu, pada 31 Oktober 2009, bertempat di Pantai Trisik, Sitta kemudian didaulat sebagai koordinator.

2010
Pada pergantian tahun 2010 (31 Desember 2009-1 Januari 2010), PPBJ mengadakan acara New Year Bird Count di Kinahredjo, TN Gunung Merapi. Setelah berlangsung acara yang dihadiri sekitar 30-an orang tersebut, berbagai kegiatan mewarnai PPBJ. Berikut yang sempat tercatat.
7 Februari 2010 JBW @ Deles, Klaten diorganisir oleh Mapala UIN
21 Maret 2010 JBW @ Tlogo Nirmolo
23 Mei 2010 JBW @ Pantai Samas dikoordinir oleh Matalabiogama
27 Juni 2010 JBW @ Bunder, GK
23 Agustus 2010 kumpul pertama membahas festival raptor migran (FRM) di FKH UGM. Guna kelangsungan event ini, PPBJ akhirnya menggunakan logo karya Djatmiko Widhi Wicaksono untuk menjadi logo resmi PPBJ hingga kini.
28 Agustus 2010 buka bersama @ BBC
20 September 2010 syawalan @ BBC
1 Oktober 2010 talk show @ RRI Pro 2 FM tentang festival raptor migran mengawali rangkaian kegiatan FRM di Jogja.
Pada 2-3 Oktober pelatihan surey raptor migran @ FKH UGM
4 Oktober 2010 liputan @ Tempo
Sepanjang Sabtu-Minggu Oktober pengamatan raptor Migran, 9-10 di Gardu Pandang, 23 Oktober di Nglanggeran, GK.


Sumber :  catatan IT

Komentar

  1. Permainan Poker Online Pulsa

    JUDI ONLINE TEXAS POKER
    Juga Taruhan Kartu Tradisional Sakong Online
    Bayar Pakai GoPay
    ========================================================================================================
    Anda Dapat Bermain Setiap Hari dan Selalu Menang Bersama Poker Vita
    Situs Tersedia bebebagai jenis Permainan games online lain
    ---------------------------------------------------------------------------------------------------------
    Kami Terima semua BANK Nasional dan Daerah OVO&GOPAY Deposit dan Penarikan Dana. Untuk permasalahan apapun Anda selalu dapat menghubungi Tim Support kami, Kami online 24 jam/7 hari untuk menjawab pertanyaan Anda dan menangani masalah apapun
    Whatsapp : 0812-222-2996

    BalasHapus

Posting Komentar